Kenapa orang seperti dapat meramal?
Saya bener-bener tidak tahu kenapa saya pernah ditanya sama orang lain baik yang berumur late 20 dan early 50, apakah kamu punya indera keenam atau kok bisa memperkirakan apa yang terjadi. saya bilang tidak punya, akan tetapi karena ada yang tanya lagi dan saya janji ke generasi muda, masa depan suatu isntitusi maka saya coba menuliskannya. Saya akan terus perbaiki, bila mempunyai kesempatan dan dianggap perlu.
Sebenarnya hal ini adalah biasa di dunia pekerjaan manapun, yang paling umum adalah pra kiraan cuaca, hampir semua TV sekarang mempunyai hal ini yang tentu dengan foto image satelit. Kemudian, dalam dunia saham, ada istilah saham yang layak beli dan ada juga hold. La kok bisa mereka?
Kalau kita melihat dengan kacamata awam, maka ramalan cuaca akan selalu diawali dengan gerakan awan, suhu angin, kecepatan bergerak awan dan angin, ada perbedaan temperatur dan tekanan suatu wilayah. Dari banyak parameter tersebut, yang mungkin diantaranya dengan ilmu fisika dasar, jarak = kecepatan kali waktu, maka ramalah suatu tempat akan kena badai dapat diperkirakan. contoh terkahir bada Katrina yang meluluh lantakan daerah Florida, new Mekxico.
Kedua ramalan saham, coba mampir di web ini market.bisnis.com/rekomendasi-prediksi, maka disana kita akan melihat beberapa perkiraan apa yang akan terjadi. pergerakan ini apakah random? ada internet mengatakan tidak, semua ada penyebabnya, bahkana ada yang mengatakan bahwa saham dapat terpengaruh oleh PEST (Politik, Ekonomi, Sosial, Teknologi) kmd ada yang menambahkan dengan EL (environment dan Legal), kemudian ada juga yang menambahkan dengan Demography dan Regulatory. Coba saja perhatikan, kalau ada pemilu harga saham pasti akan sangat diperhatikan, kemudian adanya regulasi baru dan akan dilihat apakah ada dampak ke pasar, harga dan ujungnya adalah melihat dampak kepada Revenue, Ebitda dan Net Profit.
Bagaimana dengan kita dalam keseharian kerja?
Apakah kita bisa memperkirakan pertanyaan, tanggapan, dan tindakan teman kita, atasan kita, lawan kita dan mungkin juga yang menciptakan kita, dengan apa yang dilakukan kita.
Dalam menjawab pertanyaan tersebut, karena saya berada dalam dunia digital, maka yang paling mudah menjawabnya; bukannya itu sama dengan big data (walau saya terus terang belum paham apa itu big data), karena yang masuk ke logika saya adalah istilah data analytic, data mining; la wong big data artiny adalah data yang besar. Data pemikiran saya yang masih kuno, maka ada data banyak, trus mau diapain, bukan nya di analisa dan digali sesuai dengan kebutuhan kita? Bagaimana menentukan kebutuhan kita; kita harus tahu kebutuhan kita dan bukan keinginan kita.
Dalam menjawab tersebut saya menggunakan, lo itu kan sudah diajarin oleh para leluhur kita dengan nama ilmu titen, coba baca web ini www.jateng.tribunnews.com/2017/10/09/saatnya-mengandalkan-ilmu-titen, dimana rektor UGM memberikan saran untuk Sdr-Sdr yang di daerah untuk menghindari kemarahan alam.
Dalam website www.senggoto.wordpress.com/titen/, diterangkan tentang Titen, Niteni, Titeni. Kalau menurut saya, Titen adalah perhatian, Titeni adalah memperhatikan dan Niteni juga mirip dengan Titeni. Sepertinya, titeni adalah yang kuat keinginannya untuk memperhatikan, dan kata lain yang deket adalah mencermati. Karena tidak hanya mengingat tapi juga harus mendapatkan hikmah. Hikmah ini, dalam dunia learning adalah dikenal sebagai insight, lesson learnt, take away dan lain-lain.
(mhn dikoreksi), menurut penulis juga, dalam Al Quran banyak sekali perintah berpikir dan berpikir – saya sudah searching di terjemahan terdapat belasan kata yang dengan kata dasar pikir. Menurut web senggoto maka yang dekat dengan titen adalah Al Baqoroh 164, Al Imron 041.
Tapi bagaimana caranya untuk dapat melakukan pra kiraan?
Yang pertama saya ingat adalah teori DIKW (ada di web ini) dimana diawali dengan data, kemudian menjadi informasi kalau sudah mempunyai arti dan dapat mempengaruhi orang lain, dan kemudian menjadi knowledge merupakan hal yang memungkinkan mentransformasi dari informasi menjadi instruksi. Setelah knowledge ini dikumpulkan akan menjadi wisdom, dimana kita harus berpikir kedepan. Wisdom adalah mengevaluasi pengertian (www.systems-thinking.org), dan akan banyak menjawab pertanyaan why. Kenapa kita ada? Atau dengan sisi lain, wisdom adalah proses extrapolasi, non deterministic process dan non proses probabilistic.
Maka ada istilah jangan belajar ngelmu kalau belum umur 40 tahun (pepatah Jawa – anonim)
Dengan pemahaman diatas, maka saya melihat bahwa apa sih yang harus dilakukan atau paling tidak menyiapkan diri untuk dapat mempunyai kemampuan tersebut? Setiap orang yang dianggap pengalaman akan mempunyai jawaban yang berbeda-beda, dan dasar ilmu juga pasti berbeda-beda; ada ekonom, meteorologis, psikolog, dokter, statistician dll..
Akan tetapi memperhatikan pengalaman diatas, maka saya ingin berbagi hasil perenungan saya selama terbang 7+15 jam (dimana selama 21 jam terbang malam terus)
Teori yang pertama yang harus dipahami adalah DIKW diatas, dan kemudian di dukung dengan teori system. Dengan basis ini, maka saya tuliskan teori apa saja untuk mendukung kesana yang diantaranya …
- Teori System
- Data analytic
- Statistik
- Prediction from history
- Bisnis process
- Value Chain
- 5 W 2 H
- 7 WHY
secara visual hasil perenungan pertama adalah :
rumit ya? tulisan ini sebagai diskusi awal dan akan dibuat berproses dan dikembangkan… pls sabar.