mindset
Mindset : dasar berpikir (ditulis kembali dari tulisan September 30, 2008)
Seringlah kita mendengar bahwa untuk lebih maju dan lebih-lebih lainnya maka kita perlu merubah mindset. Tapi kadang bertanya juga mindset itu apa? Apanya yang harus dirubah? Tulisan ini mencoba meramu beberapa tulisan tentang mindset dan juga mencoba mendiskusikan contoh yang dapat dianggap sebagai mindset.
Pengertian sederhana mindset
Dari kamus bahasa Inggris (harus menggunakan kamus ini karena mindset adalah bahasa Inggris), maka arti mindset dari internet kurang lebih: A fixed mental attitude or disposition that predetermines a person’s responses to and interpretations of situations. Atau bahasa sederhananya mindset adalah pemikiran/tingkah laku dasar yang menentukan tanggapan atau interpretasi terhadap situasi yang ada.
Dengan mindset yang dipunyai seseorang, maka orang tersebut akan menanggapi situasi dan kondisi tertentu berdasarkan pada cara berpikir seseorang tsb. Contoh mindset yang sangat terkenal: Setengah gelas kosong atau setengah gelas isi?
Apabila isi gelas adalah air mineral yang sangat baik untuk diminum, maka bagi seseorang yang berpikiran positif, maka dia akan berpikir “air masih setengah gelas”, tetapi yang berpikiran negatif (karena ingin banyak – atau bahkan tamak) akan berpikir “airnya tinggal setengah gelas”.
Akan tetapi kondisi ini akan terbalik bila seseorang akan mengisi air pada suatu gelas (yang sangat besar), maka yang berpikiran positif: sudah setengah nih, tetapi bagi yang berpikiran negatif: waduh baru setengah.
Tentu di dalam dunia nyata yang lebih kompleks mindset tidak sesederhana itu, berikut adalah kutipan dari perubahan mindset dari www.experd.com.
Berpikir ‘BISA’ (sumber www.experd.com, 18 Juli 2006, Urgently Wanted: Professional Kreatif)
Hambatan utama bagi tumbuhnya kreativitas adalah dalam mindset, pikiran Anda, yaitu ketika Anda mengatakan, “tidak mungkin..”, “tidak ada yang pernah coba”,”Saya tidak kreatif..”. Satu-satunya jalan adalah dengan membuka kunci pikiran Anda. Ganti mindset baru yang selalu mengatakan ‘BISA’, dan gunakan kalimat positif yang membuka jalan ke arah kreativitas, seperti,”Pasti ada jalan lain..”. “kita carikan jalan keluar..”,”Selalu ada solusi.”. Genjot pikiran untuk selalu ‘think beyond’ dengan mengatakan: “kenapa tidak?!?”
Menyetel ’Mindset’ Sejajar (sumber www.experd.com 26 November 2007, – Fit & Proper
Tantangan terbesar pewawancara dalam proses ini adalah singkatnya waktu untuk menggali masa lalu, memotret calon dan meramal kesuksesannya. Bisa kita bayangkan, betapa beratnya upaya penentuan ini, terutama bila pewawancara sendiri “tidak siap mental” menghadapi calon. “Bagaimana kalau yang diwawancara berkaliber lebih tinggi daripada saya?”, “Bagaimana kalau dia lebih ahli, bahkan sudah banyak makan asam garam di bidangnya?”, “Bagaimana saya yakin si calon tidak sekedar “faking good?”
Pertanyaan-pertanyaan ini sebenarnya masih bisa ditanggulangi, bila para pewawancara mau berlatih dan mempersiapkan diri, tidak hanya dalam teknik wawancara namun juga untuk menyetel ’mindset’ yang sejajar dengan siapapun calon yang dihadapi. ’Sebesar’ atau ’sekecil’ apapun calon, pewawancara harus tetap ’serius’ dan tidak tergoda untuk men-diskon waktu, atau secara frustrasi berbicara ngalor ngidul tanpa mempedulikan fokus tanggungjawabnya. Kuncinya adalah menikmati percakapan dan menikmati penggalian profil si calon dari sisi yang berbeda dari yang selama ini kita kenal.
Dari contoh-contoh diatas, maka mindset, secara umum, dapat diartikan bahwa dasar berpikir seseorang yang sangat tergantung pada background, pendidikan, pengalaman, bijak, wawasan dan termasuk pengalaman batin (emotional experience) dan lain-lain yang sangat berpengaruh terhadap cara berpikir seseorang.
Perubahan mindset juga perlu melihat kondisi yang sudah dan akan berubah, sehingga cara berpikir dapat menjadi berubah dan kemudian merubah cara pandang seseorang dan kemudian juga akan terefleksikan dalam tindakan keseharian maupun dalam pengambilan keputusan. Beberapa contoh perubahan teknologi dan kondisi yang merubah mindset.
Dari | Menjadi | Keterangan |
Era Analog | Era Digital | Analog, walau sinyal kecil tapi masih kemresek dan mungkin masih dapat diketahui apa yang dimaksud.
Digital, pilihan tinggal 2, “0” atau “1”, atau antara “ada” dan “tiada”, atau antara “eksis” atau “tidak eksis”, yang berarti bahwa di dalam kehidupan sekarang harus memilih. |
Diam (fixed) | Bergerak (mobile) | Dalam dunia fixed maka semuanya dengan mudah diperkirakan, sedangkan dalam dunia mobile maka semuanya tidak mudah diperkirakan. Kondisi ini menuntut adanya analisis sistemik & holistik yang kuat, analisa statistik yang kuat, membuat prioritas yang baik dlsb.
Cara berpikir akan berubah dari yang pasti menjadi tidak pasti (selalu berubah dan bergerak) |
TDM | IP | TDM: semua jalan sudah pasti, poin to point atau point to multipoint dengan jalur yang sudah disiapkan (predetermined). Dengan IP jalan sudah berdasarkan statistik dan banyak pilihan karena pengiriman per-paket. Cara berpikir juga berubah dari yang pasti menjadi tidak pasti. |
Elektrik/elektronik | Photonik | Dulu dan sekarang masih menggunakan sinyal listrik dan elektromagnetik (misalnya kabel tembaga, coax, microwave, satelit). Kemudian karena keterbatasan kapasitas, maka sekarang sudah memasuki era cahaya (sinar/photonik) dan bahkan dengan kemajuan yang sangat besar dalam teknologi fibre optik DWDM dan bahkan photonic switching. Tentu disini memaksa kita berubah dari yang nyetrum menjadi yang tidak kelihatan, dari kapasitas kecil Mbit yang menjadi kapasitas yang sangat besar (TeraBit). |