Khusyu’ dalam pekerjaan
Pada pagi hari ini (28 Juli 2013), di bulan puasa, saya ikut kuliah subuh di Masjid dekat rumah dan mendapatkan ‘dosen’ (karena namanya kuliah, boleh dong yang memberikan ceramah dosen) yang berbagi tentang Khusyu’.
Dari ceramah tsb, khusyu’ harus mendatangkan hati dan pikiran yang kemudian diikuti dengan ikhlas. Apabila tidak maka yang sholat hanyalah fisik. Bisa saja, dalam kita berdoa, maka hati kita dan pikiran kita entah kemana, karena hati dan pikiran adalah sangat virtual dan tidak bentuk fisik, sedangkan badan kita ada di Mesdjid atau sedang sholat.
Bisa saja, dalam sholat hati kita masih marah sama teman, anak, atau yang lain, dan pikiran kita bisa saja sedang berpikir mau makan apa dan mau mudik dengan apa. Disinilah dituntut dengan adanya fokus dan bahwa kita sedang menghadap Allah SWT. Pak Ustad, menyatakan, apakah perasaan anda, kalau orang yang sedang bicara dengan anda berdiskusi tetapi kelihatan matanya kosong atau terlihat sedang berpikir yang lain, sangat tentu tidak nyaman.
Apa bedanya dengan pada saat sholat, dimana sholat adalah saatnya kita menghadap Allah SWT, kalau kita menghadap hanya fisik bagaimana? menurut pak Ustad, paling doa kita tidak terkabul. Karena pada saat kita menghadap tentu intinya adalah memuja dan memuji, dan kemudian memohon ampunan dan berdoa.
Kembali tentang khusyu’, disampaikan bahwa khusuk harus melibatkan hati, pikiran dan fisik. Saya menjadi teringat pada saat saya ikut assesment centre (kalau tidak salah tahun 2006) dan akhirnya saya dinyatakan belum maksimum. Sehingga saya harus mengajak berdiskusi dengan assesor yang notabene psikolog tentang balance antara pikiran, hati dan fisik. Karena dalam hidup memang harus ada optimum, atau dengan bahasa system engineering bidang satelit yang saya tahu dan bidang CDMA untuk pengaturan noise, maka optimum itu dapat dilakukan dengan ‘trade off’.
Dalam teori pendidikan juga dikenal dengan adanya NIAT, PERCAYA, dan dengan niat dan percaya itu akan membentuk cara berpikir dan kemudian menjalankannya.
Bagaimana dengan di pekerjaan?
Saat saya membuat kredo KIS (Khusyu’ Ikhlas Sabar) – tahun 2006 (2007?), saya masih beranggapan bahwa Khusyu’ artinya fokus, dan hari ini, saya dapat pencerahan, benar, bahwa khusyu’ melibatkan hati-pikiran-fisik.
Kemudian, dengan saya kerja di dunia learning maka saya mengenal kata passion, antusias dan di dunia kerja saya dikenal dengan nama totalitas.
bogor, 1st thought, 280713-1218