Pengantar: Bagaimana menjadi pimpinan unit pelatihan yang baik dan sukses

October 22, 2017 by No Comments

(draft-1.0)

Bagaimana menjadi manager pembelajaran di suatu institusi dengan sukses?

Pengantar

Serial tulisan ini (dan nantinya akan jadi e-book) ini dibuat untuk berbagi pengalaman dalam mengelola organisasi training (yang penulis lebih senang sebut sebagai organisasi pembelajar) karena keberhasilan perusahaan akan kemampuan belajar organisasinya bukan hanya SDM-nya. Akan tetapi keberhasilan ini, sangat tergantung pada orang (manusia) yang mengelola perusahaan dari pemipimnya (top managemen) sampai dengan jajaran paling rendah dan juga orang-orang yang mendukung hasil karya perusahaan organsiasi tersebut.

Pengalaman penulis menjadi pemimpin organisasi learning (sering disebut sebagai pelatihan atau training) perusahaan besar berdasar pengalaman memimpin beberapa unit operasional & bisnis dan juga manajemen proyek (satelit dan kabel laut) serta memimpin asosiasi non profit baik domestic maupun internasional adalah pengalaman yang luar biasa (bagi penulis). Dan, terutama dalam 3.5 tahun dapat ikut berkontribusi dalam proses transformasi dari unit learning menjadi Corporate University dan 2 tahun sebagai Chief Human Capital TelkomMetra group. Alhamdulillah dengan berakrab ria dengan teman kepala training yang lainnya, dan membuat perubahan padangan atas perlunya corporate learning di suatu organisasi di Indonesia. Untuk itulah saya mencoba menulis bagaimana menjadi pemimpin suatu unit pelatihan di suatu perusahaan.

Dari tidak tahu apa-apa jadi merasa tahu dan merasa berguna lebih.

Dari sebelumnya, saya tidak tahu sama sekali apa dan bedanya training, learning, development dan lain-lain, maka dengan usaha khusuk (focus), ikhlas (do the best dan menerima apapun hasilnya dengan hikmah untuk perbaikan) dan sabar (apapun yang terjadi dengan dengan didukung dengan persistence, tenacity dan ). Maka kepuasan batin menjadi utama, karena saya yakin bahwa pahala yang tidak pernah putus adalah ilmu yang dimanfaatkan.

Saya yakin banyak orang yang mengalamai seperti saya yang entah mengapa harus bekerja di bidang learning ini, walaupun diawalnya bukan cita-cita. Untuk itu, saya ingin berbagi apa sih yg harus diketahui oleh para manager learning yang baru dan terutama yang baru pindah dari operation, policy maker, bisnis, Saya yakin, bahwa sangat banyak yang mengalami seperti saya , dari operasional sehingga diawali pun tidak paham apa sih training, learning atau kalau sekarang adalah corpu.

Saya yakin top management menempatakan seseorang karena juga melihat  passion orang tersebut (walau tidak disampaikan), juga melihat bakat dan mungkin juga ada alasan strategis lainnya.

.Setelah banyak bergaul dan mendapatkan kesempatan bergaul di dalam dan di luar negeri dari bidang awal saya, yaitu satelit (dan pernah menjadi ketua Asosiasi Satelit Indonesia), maka didukung dasar pengetahuan dan pengalaman saya di bisnis, operasional dan proyek, menjadikan saya belajar banyak tentang learning dan ecosystemnya serta bagaimana membuat support dari sisi learning untuk mendukung bisnis baik short term maupun longterm.

Berbicara learning, sebenarnya kita tidak bisa mengatakan hanya untuk organsiasi atau unit kecil saja, tetapi juga Negara, dari konsep awal Peter Senge [1] learning organsation, maka kadang kita mendengar adalah learning city, learning country. Kenyatan ini, saya peroleh setelah melakukan refleksi proses learning yang seharusnya dan proses pembelajaran manusia terhadap organisasi kecil di rumah sampai dengan negara.

Berdiskusi dengan para pakar baik dari universitas, praktisi dalam dan luar negeri, para atasan yang anak buahnya harus training dengan penuh keluhan dan harapan serta pengalaman sebagai pengelola/coordinator bidang SDM di salah satu subholding company serta belajar dari sopir taxi yang organisasinya kuat di bidang training untuk standarisasi sopirnya; maka saya menyimpulkan sementara bahwa proses training dan learning di suatu organisasi harus terencana dan mempunyai fundamental yang kokok sehingga akan efisien dan efektif dalam mengeluarkan biayanya.

Contoh yang saya suka gunakan untuk berdiskusi adalah Indonesia sering menang dalam event internasional untuk group yang muda; misal sepakbola untuk umur dibawah 19 tahun, tetapi setelah senior tidak mudah sama sekali menjadi juara; dan bahkan kita sudah import pemain asing. Mengapa Negara pengeksport tenaga kerja bisa?

Belajar Learning Process Value Chain dari System Engineering Satelit yang diawali dari misi, visi sampai dengan pengukuran hasil prosesnya.

Saat pertama saya di dunia learning, maka saya harus belajar dari banyak teman saya one-on-one, dan saya Tanya dari definisi, proses sampai dengan apa fungsi keberadaan unit learning. Setalah beberapa bulan, maka saya mulai paham apa itu ADDIE, kompetensi, leadership, maanjerial, e-learning. Diskusi yang cukup panjang adalah tentang ADDIE, saat pertanyaan saya pertama, bagaimana cara menentukan training apa yang diperlukan. Setelah diterangkan maka saya mulai menganalogikan dengan proses desain satelit; diawali dari customer requirement, dan bagaimana mengukur keberhasilan pelanggan menggunakan satelit tsb.

Bagaimana menentukan kebutuhan training dari unit bisnis? Dalam ADDIE disebutkan harus diawali dengan analisa masalah. Sering terjadi pada saat diskusi dengan atasannya, sering disampaikan bahwa staff tsb tidak cukup berpengetahuan dan terlatih, sehingga perlu dilakukan pelatiha. Apa bener hanya karena ini? Mungkin juga bukan karena training; karena manusia bekerja hars mempunyai kemampuan dan kemauan. Kemauan dibentuk oleh lingkungan, leadersip, bisnis proses, alat pekerjaan dlsb.

Sebagai pengelola training/learning di suatu organsiasi dan kalau unit bisnis maka ukurannya adalah hasil yang kemduain dapat juga dihitung dengan keuntungan. Keuntungan tidak hanya dalah net profit, tapi juga dapat dalam bentuk pengehmatan, proses yang lebih baik, image perusahaan yang lebih baik, dan persepsi pelanggan serta share holder. Istilah saya, pendidikan di suatu perusahaan atau organisasi harus right people with right learning in the right place with right cost and right time. Dengan menjalankan konsep tersebut, maka return of investment atau ukuran keberhasilan suatu unit pembelajar akan lebih mudah diketahui.

Jadi apa saja yang harus diketahui oleh kita yang bekerja di dunia learning, training dslb? Tungu tulisan kedua

bila ada masukkan atau pertanyaan, disampaikan terima kasig @tondapriyanto

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

*