Enam Gaya Kepemimpinan yang Efektif

November 11, 2017 by 3 Comments

Tulisan ini mencoba mempelajari gaya kepemimpinan (leadership style) berdasarkan pada berbagai tulisan tentang 6 gaya kepemimpinan1). Gaya kepemimpinan yang dirujuk ini berdasarkan penelitian oleh Daniel Goleman seorang psikolog dan penulis buku2). Keenam gaya ini diasosiasikan dengan pengaruh emosional yang positif. Hasil penelitian memperlihatkan adanya hubungan gaya kepemimpinan dengan hasil kinerja perusahaan. Tulisan ini di publikasikan pada 2000 dan menyatakan bahwa gaya kepemimpinan mempunyai pengaruh sampai dengan 30% bottom line 3). Saya juga setuju dengan perkiraan 30%, dan bahkan mestinya bisa lebih dari 30% kalau memperhitungkan biaya perbaikan (cost of correction) bila terjadi kesalahan.

Bila seorang pemimpin ditanya “Apa peran atau fungsi utama anda sebagai pemimpin (leader)?”, kita sering mendapatkan tanggapan yang berbeda, dan karena tidak ada jawaban yang pasti, maka perlu mempertimbangkan pernyataan ini: seorang pemimpin mempunyai kemampuan untuk membuat resonansi (resonance) dan mempunyai pengaruh terhadap pegawai dalam upaya mencapai hasil akhir perusahaan.

Ide resonansi (resonance) ditulis pada buku [Goleman’s book Primal Leadership2), sebagai “the reservoir of positivity that frees the best in people. At its root, then, the primal job of leadership is emotional.” Konsep emosi ini dalam kantor pekerjaan sering dipahami dengan salah. Sebagai pemimpin, pekerjaan pertamanya 4) adalah untuk lebih dalam memahami peta emosi kita dalam organiasi dengan (1) menjadi evaluator yang peka, (2) ahli manajemen emosi diri sendiri, (3) pengamat yang berempati kepada emosi orang lain dan (4) menjadi arsitek hubungan kerja yang saling percaya. Setelah kita masuk dalam ke 4 area diatas, maka pemimpin dapat membuat gaung (resonansi) di kantor dengan membuat kondisi yang benar dimana orang-orang akan mempunyai gelombang emosi yang sama sehingga akan menghasilkan kerja tim yang harmonis dan saling menguatkan.

Ide gaung (resonansi), adalah bagaimana anda sebagai pemimpin memperlihatkan dengan jelas pada suasana hati (mood) tertentu dan dengan keahlian (skill) penuh anda berkomunikasi dengan benar pada momen yang tepat. Oleh karena itu, arti strategisnya adalah memilih gaya kepemimpinan mana yang digunakan tergantung pada situasi. Gaya kepemimpinan yang tidak tepat penggunaannya dapat mengakibatkan gaung (resonanci) yang jelek.

Sebagai analogi, adalah bagaimana seorang seniman pemahat dengan kayu didepannya yang juga dilengkapi dengan peralatan diantaranya berbagai model pahat dan palu. Seniman ini harus dapat mengejawanthkan vision (pikiran dan idenya) untuk dikomunikasi keluar dengan hasil pahatannya tersebut. Apa yang ada di bayangan pelukis ini, harus bisa dituangkan dalam kayu tersebit dengan ukuran dan texture serta lekuk yang sedemikian rupa, sehingga penikmat patung akan sangat memahami vision nya.

Pemilihan pahatan yang tepat akan membuat pematung akan menggambarkan visionnya secara kuat dengan kemampuannya yang akan menghasilkan suatu patung yang menunjukan resonasi pikiran dan perasaannya kepada penikmat patungnya. Demikian juga dengan gaya kepemimpinan, pemimpin akan mempengaruhi lingkungan pekerjaannya yang cocok dengan visionnya.

6 gaya kepemimpinan.

Empat dari 6 gaya kepemimpinan ini yang sangat mengembangkan (foster) gaung (resonance) untuk membuat gaung kinerja yang positif.

  1. Visionary,
  2. Coaching,
  3. Affiliative,
  4. Democratic,

Sedangkan 2 lainnya adalah

  1. Pacesetting, and
  2. Commanding.

Keterangan masing-masing adalah sbb:

Gaya Visioner (Visionary style) adalah yang paling tepat ketika suatu organisasi membutuhkan pemimpin atau pegawai baru yang paling tepat dan menghubungkan dengan mimpi yang sama.

Goleman menulis “Visionary leaders mengartikulasi kemana sebuah group menjadi apa bukan bagaimana mencapainya”. Gaya ini akan membuat kondisi orang-orang melakukan Inovasi, eksperimen dan menghitung resiko yang terukur secara besas. Mengetahui gambaran besar dan bagaimana sebuah pekerjaan yang diberikan cocok dalam memberikan ketepatan orang; mereka akan paham apa yang diharapkan dari mereka.

Perasaan setiap orang bekerja untuk mencapai tjuan organisasi yang dipahami bersama akan membangun komintmen tim. Hal ini akan membuat orang bangga dan merasa memiliki ke organsiasi dimana mereka berada. Hasil ini akan memberikan dampak positif dalam hal iklim bekerja.

Gaya Coach (Coaching Style). Pemimpin dengan gaya ini akan memberikan waktunya untuk melakukan perbicaraan yang mendalam dengan pegawainya terkait dengan mimpi dan goalnya. Pemimpin gaya coach sering juga menggunakan kata “coba ini”. Pendekatan ini sering tidak digunakan oleh pemimpin karena beranggapan akan menghabiskan waktunya yang sangat berharga. Akan tetapi, bukti-bukti3) memperlihatkan kebalikannya, ketika pemimpin menginvestasikan waktu untuk coaching, maka efektivitas organisasi akan terjadi dan berakhir dengan hasil.

Pemimpin coaching memberikan arah dan bimbingan, dan sangat berkeinginan untuk lebih bertanggung jawab, berpengalaman dan terlibat secara antusias. Hanya perlu diwaspadai adanya anggapan bahwa pemimpin gaya coach akan dianggap melakukan micromanagement oleh beberapa pegawainya. Untuk mengatasi hal ini, kata kuncinya adalah mengetahui pegawai mana yang dapat menerima gaya ini dan mana yang tidak dapat menerima.

The Affiliative leader dapat diartikan dalam satu kalimat “orang atau team adalah pertama”. Gaya kepemimpinan ini sangat fokus dalam membangun kepercayaan dan hubungan emsosional yang mempromosikan rasa memiliki organsiasi atau dengan kata lain semangat korsa yang sedang dikembangkan.

Gaya ini dapat berhasil dengan baik pada saat menghadapi stress atau pada saat mengobati luka setelah melalui suatu krisis. Goleman menyatakan bahwa pendekatan ini sangat berharga “ketika mencoba untuk mengguatkan keharmonisan tim, meningkatkan moral, meningkatkan komunikasi atau memperbaiki kepercayaan dalam suatu organsiasi”. Dari kacamata orang di luar organisasi, gaya ini akan mengembangkan budaya saling menyemangati dan kalimat yang digunakan adalah yang menekankan pentingnya harmoni dan team work.

Hanya perlu diwaspadai bahwa ada anggapan bahwa kinerja yang jelek tidak akan dikoreksi. Hal ini dapat berakibat pada persepsi bahwa pemimpin menganggap bahwa kinerja yang tidak bagus tersebut adalah biasa-biasa saja, dengan alasan untuk menciptakan harmoni.

Gaya demokratis (Democratic Leader) adalah pemimpin menginginkan timnya untuk menerima keputusan yang dimiliki bersama termasuk rencana kerja dan goalnya. Ciri-ciri pemimpin ini adalah ketika bertanya Menurutmu bagaimana?“. Fokus pemimpin gaya ini adalah membangun konsensus melalui partisipasi. Gaya mengarah menjadi bijak bersama dengan menggunakan knowledge, experience, dan skill untuk mengarahkan organsasi kearah yang jelas.

Akan tetapi, gaya kepemimpinan ini bukan pilihan yang terbaik untuk situasi kritis dan genting, terutama pada saat waktu menjadi kriteria utama atau ketika informasi yang ada tidak sesuai dengan seharusnya dan tidak memberikan guidance untuk membuat keputusan yang cepat.

2 gaya kepimpinan lain yang dianggap kurang tepat adalah sbb:

Gaya Pacesetting (Pacesetting Leaders) adalah gaya pemimpin yg mempunyai kinerja berstandard tinggi dan minta lainnya mengikuti. Dia akan terobsesi untuk selalu melakukan lebih baik dan lebih cepat dan minta semua orang melakukan hal yang sama.

 

Biasanya pemimpin seperti ini sering menggunakan kalimat “Lakukan seperti yang saya lakukan sekarang”. Sering berkeinginan mengikuti semua proses dan terlibat dalam mencari solusi serta memberikan tantangan goal kepada pegawai. Akan tetapi pemimpin dengan gaya ini akan cenderung memberikan bimbingan yang sangat sedikit dan berharap orang lain akan tahu dengan sendirinya.

Tuntutan pemimpin seperti ini dapat menjadi bumerang dengan membuat perasaan pegawai tidak dapat mengikuti pemimpinnya, akan turun semangat dan usahanya serta akan mungkin patah arang serta kelelahan.

Goleman menerangkan, “data memperlihatkan, gaya kepemimpinan pacesetting akan lebih meracuni atmosther.” Keliatannya saja bahwa gaya ini terpuji, tetapi bila diterapkan dengan jelek atau terlalu banyak akan membuat pegawai merasa tertekan terlalu keras oleh pemimpin yang sangat menuntut yang kemudian mengakibatkan iklim yang negatif dalam bekerja.

Terakhir adalah gaya perintah (Commanding Leader) yang merupakan gaya militer. Sayangnya, gaya ini adalah gaya yang paling sering ada di tempat kerja dan paling tidak efektif.

Unfortunately, this style is the one most often used in the workplace and the least effective. Kalimat paksaan pemimpin ini menggunakan kalimat “I am the boss; do what I tell you. Gaya ini akan sangat efektif hanya pada saat krisis atau emergensi atau ketika suatu perusahaan/organisasi melakukan putar arah (turn around).

Gaya kempimipinan perintah ini biasanya akan sangat bagus untuk mengendalkan masalah pegawai yang dengan siapapun belum berhasil. Akan tetapi mengutipnya sebagai paling kurang efektif karena jarang mengembangkan mendorong semangat dan sering menggunakan kritik ke kinerja pegawai yang dapat menurunkan moral dan kepuasanya bekerja.

Kesimpulan:

Sekarang anda mempunyai 6 pilihan strategis untuk mengembangkan resonansi di dalam unit atau organisasi anda. Anda akan menjadi leader yang efektif kalau bisa menerapkan ke enam gaya kepeminpinan ini dengan cantik dan mulus dan dapa menerapkannya kapan dan dimana harus diterapkan.

Daniel Goleman juga menerangkan 4) “pemimpin yang dapat memberikan resonansi, tahu kapan harus berkolaborsi dan kapan menjadi visioner, kapan mendengar dan kapam memerintah”. Pemimpin seperti ini akan secara alamiah mengembangkan dan menumbuhkan hubungan, menenangkan isu yang panas dan mengembangkan sinergi untuk harmoni, mereka akan membangun loyalitas dengan gigih dengan perhatian tentang karir staffnya dan menginsipirasi orang untuk memberikan yang terbaiknya untuk semua misi yang menyuarakan nilai nilai yang diyakini bersama (share values).

Pada akhirnya, pemimpin yang paling sukses bukanlah dari powernya sendiri akan tetapi karena unggul dalam seni membangun hubungan sesama manusia dengan menggunakan banyak variasi pendekatan yang akan membangun resonasi dan kepercayaan, motivasi staff/pegawai untuk melakukan yang terbaik.

—- tulisan pertama – dan semoga bisa menulis – studi kasusnya —

rujukan

  1. Berbagai rujukan website: http://guides.wsj.com/management/developing-a-leadership-style/how-to-develop-a-leadership-style/, https://books.google.co.id/books?id=ibQTAAAAQBAJ&pg=PA27&source=gbs_selected_pages&cad=3#v=onepage&q&f=false, http://bouncebackhigher.com/leadership-management/6-leadership-styles-and-when-they-should-be-used/,
  2. Boyatzis, Richard, Goleman, Daniel, and McKee, Annie. 2013. Primal Leadership: Unleashing the Power of Emotional Intelligence, 53-88. Boston, MA: Harvard Business Review Press.
  3. Benincasa, Robyn. 2012. 6 Leadership Styles, And When You Should Use Them. Retrieved from http://www.fastcompany.com/1838481/6-leadership-styles-and-when-you-should-use-them
  4. http://training.hr.ufl.edu/resources/LeadershipToolkit/transcripts/SixEffectiveLeadershipStyles.pdf,

3 Replies to “Enam Gaya Kepemimpinan yang Efektif”

  1. AHMAD AMIN says:

    wah bisa di contoh, makasih

    1. tonda says:

      sama-sama mas Amin, dan klasifikasi ini adalah dasar scr umum, akan tetapi pada saat kedalam, maka akan muncul istilah lain, authetic leadership, servant leadersship dlsb. saya tulis ini, krn bagi saya ini yang sebaiknya kita tahu secara umum.

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

*