Apa itu belajar dan pembelajaran?

December 25, 2017 by 4 Comments

oleh Tonda Priyanto

Melihat perkembangan teknologi dan terutama yang digital, maka gap informasi, pengetahuan, dan bidak (wisdom) semakin lebar, akan tetapi kesempatan menyamakan diri sebenarnya semakin lebar, karena akkses informasi semakin murah. Hanya akses tsb memerlukan alat yang namanya HP atau Komputer. Pengalaman mudik ke kampung saat SD, maka semakin melihat adanya gap antara yang pandai dan kurang beruntung, yang berkuasa dan yang dikuasai, yang mapan dan belum mapan, hidup di kota dan di desa, saya semakin bertanya kenapa ada perbedaan yang menonjol?

Sering kita berpikir bahwa orang kota yang pintar, pandai, self esteem tinggi, PD nya tinggi dan lain-lain adalah wajar sekali karena kesempatan nya melebihi yang pedesaaan.

Apakah IQ, EQ, SQ serta MQ orang pedesaan lebih rendah dari orang kota? Saya yakin jawabannya enggak. Yang membedakan terutama adalah kemauan, setelah itu baru kemampuan. Kemauan karena sudah di nina bobokan dengan kenyamanan di desa, kemampuan (misalnya; fasilitas dan pendanaan) memang menjadi kendala dan ini peran banyak pihak untuk melakukan sesuatu.Memang harus diakui bahwa kemampuan setiap orang berbeda-beda, dan kalau dianalogikan bahwa kepandaian itu rizki maka rizki ini sudah di takar dari sananya oleh Sang Maha Pencipta, Allah SWT.

Akan tetapi bila kita menggunakan teori maksimalisasi. Maka kita harus memaksimalkan apa yang kita punya, dan inilah cara kita bersykur kepada sang Pencipta. Tentu dengan tujuan untuk kebaikan dan bukan untuk keburukan.

Tujuan Tulisan ini

Tulisan ini akan mencoba menyamakan pendapat apa itu belajar dan pembelajaran. Karena dengan tahu dan syukur-syukur paham, apa itu belajar dan pembelajaran, maka kita yang lebih diberi kesempatan lebih awal dan mampu dapat melakukan pembelajaran dan pendididikan yang lebih baik ke anak, keluarga, lingkunan kecil dan kantor dan mungkin lingkungan. Dengan mengetahui cara yang tepat, maka akan lebih efektif dalam melakukan pendidikan dan pembelajaran. Tulisan ini masih versi 1.0, masukkan dan kritik yang membangung ditunggu.

Pengertian dari sisi Bahasa Indonesia

Banyak definisi belajar dan pembelajaran serta pendidikan. Sebelum berangkat kesini, maka saya copas dulu definisi dari website bahasa http://kamusbahasaindonesia.org/massal.php sbb:

belajar bel.a.jar
[v] (1) berusaha memperoleh kepandaian atau ilmu: adik ~ membaca; (2)berlatih: ia sedang ~ mengetik; murid-murid itu sedang ~ karate; (3) berubah tingkah laku atau tanggapan yg disebabkan oleh pengalaman

 

pembelajaran pem.bel.a.jar.an
[n] proses, cara, perbuatan menjadikan orang atau makhluk hidup belajar

 

didik di.dik
[v] men.di.dik v memelihara dan memberi latihan (ajaran, tuntunan, pimpinan) mengenai akhlak dan kecerdasan pikiran: seorang ibu wajib ~ anaknya baik-baik

 

pendidikan pen.di.dik.an
[n] proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dl usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan; proses, cara, perbuatan mendidik

Dari bahasa Indonesia diatas, maka ada perbedaan yang lebih mudah dipahami adalah dengan menyandingkan keduanya..

  belajar didik   pembelajaran pendidikan
Yang aktif Individu Orang lain Bisa sendiri atau orang lain Bisa sendiri atau orang lain.
Aktivitas Berusaha

Berlatih

Berubah

Mendidik

Memelihara

Memberi latihan

Proses membuat orang belajar Proses merubah sikap tata laku orang

Bila kita merujuk dalam bahasa Inggris, maka learning artinya adalah sbb:

learn·ing ?l?rniNG/ noun

  • the acquisition of knowledge or skills through experience, study, or by being taught.

“these children experienced difficulties in learning”

o   synonyms: ·       study, studying, education, schooling, tuition, teaching, academic work;

·       research

·       “a center of learning”

  • knowledge acquired through experience, study, or being taught.

“I liked to parade my learning in front of my sisters”

o   synonyms: ·       scholarship, knowledge, education, erudition, intellect, enlightenment, illumination, edification, book learning, information, understanding, wisdom

·       “the astonishing range of his learning”

Teori Belajar dan Pembelajaran

Istilah learning/belajar semakin menguat saat ini, terutama dengan perkembangan teknologi digital dengan internetnya dan semakin banyak sumber rujukan yang dapat digunakan untuk belajar dan referensi. Berikut adalah cuplikan beberapa teori yang diadaptasi untuk diskusi disini sesuai dengan pengalaman penulis.

Merangkum dari rujukan 2 dan 3, pada hakekatnya belajar adalah segala proses atau usaha yang dilakukan secara sadar, sengaja, aktif, sistematis dan integratif untuk menciptakan perubahan-perubahan dalam dirinya menuju kearah kesempurnaan hidup dan atau mencapai tujuan tertentu melalui latihan dan pengalaan yang menyangkut aspek kognitif, afektif dan psikomotorik.

Jadi, mengulangi lagi definisi, belajar adalah suatu kegiatan yang disengaja oleh individu agar terjadi perubahan kemampuan dirinya. Menurut Gagne [1] (1984) belajar adalah suatu proses dimana suatu organisme berubah perilakunya sebagai akibat pengalaman, sehingga ada 3 unsur utama dalam belajar; proses, perubahan peri laku dan pengalaman.

Dalam islam, menurut Al-Ghazali [rujukan-3] proses belajar adalah usaha orang itu untuk mencari ilmu karena itu belajar itu sendiri tidak terlepas dari ilmu yang akan dipelajarinya. Berkaitan dengan ilmu,  Al-Ghazali berpendapat ilmu yang dipelajari dapat dari dua segi, yaitu ilmu sebagai proses dan ilmu sebagai objek.

  1. Proses, Al-Ghazali  megklasifikasikan ilmu menjadi tiga. (1) ilmu hissiyah (ilmu yang diperoleh melalui pengindraan). (2) ilmu Aqliyah (ilmu yang diperoleh melalui kegiatan berpikir (akal). (3) ilmu Ladunni (ilmu yang langsung diperoleh dari Allah tanpa berfikir dan proses pengindraan.
  2. Kedua, sebagai objek, Al-Ghazali   membagi ilmu menjadi tiga macam. (1) ilmu pengetahuan yang tercela secara mutlak baik sedikit maupun banyak seperti sihir. (2) ilmu pengetahuan yang terpuji baik sedikit maupun banyak. (3) ilmu pengetahuan yang dalam kadar tertentu terpuji tetapi bila mendalaminya tercela seperti ilmu ketuhanan, cabang ilmu filsafat (Wahyuni dan Baharuddin, 2010).

Menurut Al-Ghazali  ilmu terdiri dari dua jenis, yaitu ilmu kasbi dan ilmu ladunni. Ilmu kasbi adalah cara berfikir sistematik dan metodik yang dilakukan secara konsisten dan bertahap melalui proses pengamatan, penelitian, percobaan dan penemuan.  Ilmu Ladunni adalah ilmu yang diperoleh orang-orang tertentu dengan tidak melalui proses perolehan ilmu pada umumnya tetapi melalui proses pencerahan oleh hadirnya cahaya ilahi dalam qalbu.

Sedangkan dari hasil belajar [rujukan-1], belajar dapat dibagi dalam 3 domain:

  1. Kognitif meliputi perilaku daya cipta, yaitu berkaitan dengan kemampuan intelektual manusia, antara lain; kemampuan mengingat (knowledge), memahami (comprehension), menerapkan (application), menganalisa (analusus), mengevaluasi (evaluate) dan menciptakan (create)… (bloom taxonomy)
  2. Afektif berkaitan dengan perilaku daya rasa atau emosional manusua; yaitu kemampuan menguasai nilai-nilai yang dapat membentuk silkap seseorang
  3. Psikomotorik adalah berkaitan dengan perilaku dalam bentuk ketrampilan-keytrampilam motorik.

Peran Motivasi dalam Belajar

Bila kita melihat lebih dalam dalam proses belajar yang kemudian menghasilkan hasil yang berbeda, misalnya dalam satu kelas muridnya 25 dan diberi pelajaran dari seorang guru, maka hasilnya dijamin berbeda dari masing-masing siswa dan ini terlihat dari nilai yang diperoleh masing-masing siswa.

Sering juga terjadi, yang terlihat seorang siswa yang sebenarnya sangat pandai akan tetapi nilainya tidak tinggi, sedangkan ada siswa yang terlihat biasa-biasa saja nilainya bagus. Apa yang membedakan? Manusia sebenarnya siap menerima apapun. Dalam prinsip komunikasi dan interaksi, maka ada yang terima dan memberi, dan ini bisa melibatkan minimal 2 pihak. Dalam prosesnya, ada yang tidak mau memberi walau ada yang mau menerima, ada yang memberi tapi tidak ada yang mau diterima, dan yang ideal adalah ada yang mau memberi dan ada yang mau menerima.

Permasalahan utama dana mengubah tidak mau menjadi mau adalah dengan cara memotivasi dan memberikan gambaran kedepan apa untungnya bagi yang bersangkutan. Inilah tugas seorang pemimpin.

Membuat Menerima:

·       Tidak ada yang sempurna di dunia ini.

Membuat Memberi:

·       Ilmu yang dimanfaatkan dan disampaikan akan meningkatkan ilmu itu sendiri

Secara komik, ada yang memberi ‘guru’ maka belum tentu muridnya ‘belajar.

https://www.macalester.edu/academics/geology/wirth/learning.pdf

 

Motif, yang disebut oleh Syamsudin, dan Subhana dan kemudian Dr Deni Darmawan Mpd [4], mempunyai 2 jenis yaitu Primer dan Sekunder.

  • Motif Primer atau motif dasar adalah motif yang tidak dipelajari dan sering dalam istilah bahaa Inggris dorongan atau drive.
  • Motif Sekunder menunjukkan kepada motif yang berkembang dalam diri individu karena pengalaman dan dipelajari diantaranya; motif sosial (ingin diterima, dihargai, conformitas, afiliasi, status, merasa aman dll), takut yang dipelajari), mtif obyektif dan interest (eksplorasi, manipulasi minad), maksud dan aspirasi dan motif berpresetasi.

Dalam kehidupan sehari-hari, maka yang biasanya terlihat adalah motif sekunder, terutama motif berprestasi dan motif sosial.

Dari diskusi di laman Warwick University, UK [rujukan 6] kita dapat pembelajaran bahwa konsep learning sangat luas dan mencakup banyak hal. Pembelajaran adalah konsep yang luas dan tidak dibatasi pada penguasaan baru (akuisisi) pengetahuan/knowledge tetapi juga mencakup aktivitas seumur hidup seseorang, evolusi skill/ketrampilannya, insight, etika dan pengalaman sehingga akan mendapatkan pengertian yang lebih besar dari suatu ide atau konsep.

 

Untuk itu, sangat penting bahwa guru dapat membimbing pembelajar mengarah pada pemahaman, deduksi dan konklusi sendiri bukan disuapin (spoon feeding them). Akuisisi pembelajaran pada pengetahuan, ketrampilan yang baru dapat melalui interaksi dengan sesama yang dapat dalam bentuk diajari guru, mengobservasi/memperhatikan atau mengajari atau eksplorasi sendiri. Pembelajaran dapat terjadi pada setiap umur dan kecepatan pembelajaran akan tergantung pada motivasi.

Sedangkan dari Berkeley yang berdasarkan riset, maka di lamannya [5] mendefiniskan pembelajaran:

  1. Active– adalah proses yang melibatkan dan mengubah dan membentuk obyek, pengalaman, percakapan untuk membangun model mental dunia. Pembelajar akan membangun pengetahuan sepanjang mengeksplorasi dunia sekitarnya, observasi, dan berinteraksi dengan fenomena, terlibat dalam percakapan yang melibatkan lainnya sehingga dapat menghubungkan ide baru dengan pengertian sebelumnya.
  2. Dibangun pada pengetahuan sebelumnya (builds on prior knowledge) yang meliputi pengayaan, membangun dan merubah pengertian yang ada, dimana pengetahuan seseorang adalah pilar-paltform-pondasi yang akan mendukung bangunan pembelajaran kedepan (future learning).
  3. Terjadi pada lingkungan sosial yang kompleks (occurs in a complex social environment)–sehingga seharusnya tidak dibatasi pada hal-hal yang sedang dipertimbangkan atau terjadi pada individu, akan tetapi learning/pembelajaran itu adalah aktivitas sosial yang melibatkan banyak orang, apa yang mereka gunakan dalam aktivitas, penggunaan kata-kata dalam berbicara, mengandung budaya didalamnya dan tindakan lain yang dilakukan.
  4. is situated in an authentic context– memberikan pembelajar dengan kesempatan terlibat dengan ide atau konsep yang sesuai (khusus) dalam suatu kebutuhan untuk mengetahui atau keinginan untuk mengetahui. Dalam pendidikan, authentic learning adalah pendekatan instruksional yang membuat pembelajar mengeksplorasi, diskusi, membangun konsep yang konstruktif yang menggunakan masalah atau proyek yang nyata yang relevan dengan pembelajar.
  5. requires learners’ motivation and cognitive engagement (keterlibatan kognitif). Motivasi dan keterlibatan koginitif harus ada dan dipertahankan karena mental berusaha dan kegigihan sangat diperlukan. Cognitive engangement (keterlibatan kognitif) harus dapat membuat pembelajar mendalami dirinya sendiri lebih dalam dalam proses pembelajaran yang berdasarkan refleksi yang dibuat dalam situasi penugasan & penyelesaian masalah yang nyata (realistic problem-solving tasks). 
http://checkandconnect.umn.edu/model/engagement.html Catatan untuk engament ada di gambar ini, yang memperlihatkan bahwa engagement ada yang bisa dilihat dan ada yang bsia dirasakan oleh pembelajar sendiri.

 

Prinsip-prinsip pembelajaran:

Setelah belajar atau itu pembelajaran dan belajar, maka saya loncat pada prinsip-prinsip pembelajaran yang diambil dari rujukan1 (yang sebenarnya untuk guru SD) tapi saya melihatnya sangat relevan untuk merancang pembelajaran untuk tataran kepemimpinan juga.

Untuk menjadikan pembelajaran lebih efektif, maka sebagai trainer dan saya kira setiap orang dewasa dan terutama orang tua harus mengetahui dan paham ini. Akan tetapi, sebagai siswapun harus tahu sehingga dapat memaksimalkan proses pembelajaran sehingga waktunya menjadi efektif dengan hasil semaksimal mungkin.

Adapun prinsip pembelajaran adalah sbb [1] dengan tambahan sbb:

  1. Perhatian dan Motivasi. Siswa yang memunyai minat lebih tinggi pada suatu hal akan cenderung lebih baik hasilnya. Sebagai guru, maka kita harus membuat mereka perhatian kepada apa yang sedang dipelajari.
  2. Belajar secara prinsip adalah kegiatan aktif seroang secara sadar ungin melakukan perubahan.
  3. Keterlibatan langsung/mengalami. Secara umum, dengan mengalami maka akan terjadi meylin, atau memori otot.
  4. Pengulangan. Memberikan pengulangan, karena secara neuro science bahwa ingatan akan dapatterjadi sesudah adanya 3 kali spark dari neuro-neoro kita.
  5. Dalam teori Dweck maka orang yang mau berkembang akan melakukan tantangan.
  6. Balikan dan Penguatan.
  7. Personalisasi. Secara umum, terdapat perbedaan cara belajar setiap orang dan yang paling umum adalah VARK (Visualisasi, Auditoru, Reading dan Kinestetik).

Rangkuman dan ajakan.

 Marilah kita selalu belajar dan melakukan pembelajaran untuk kebaikan bersama, dan mari kita bersyukur dengan melakukan hal tsb.

Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui sesuatu apapun, dan dia memberi kamu pendengaran, penglihatan dan daya nalar agar kamu bersyukur (Qs. An Nahl [16]:

”Hai orang-orang beriman apabila dikatakan kepadamu: “Berlapang-lapanglah dalam majlis”, maka lapangkanlah niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan: “Berdirilah kamu”, maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan. (Qs. Al-mujadalah : 11).

 

 

Rujukan.

[1] pjpdsd.upi.edu, hakekat belajar dan pembelajaran

[2] file.upi.edu/Direktori/….. Hakikat_Belajar_dan_Pembelajaran.pdf

[3] blog.umy.ac.id/arumcreat/2012 …. KONSEP-BELAJAR-MENURUT-ISLAM/

[4] file.upi.edu/Direktori/ …. Konsep_Pembelajaran.pdf

[5] https://teaching.berkeley.edu/resources/learn/what-learning

[6] https://warwick.ac.uk/fac/soc/cte/students-partners/academictechnology/learningtheories/whatislearning/?post=8a17841a5ec4264f015ec4ea0d7f05c2

4 Replies to “Apa itu belajar dan pembelajaran?”

  1. naila says:

    Apakah IQ, EQ, SQ serta MQ orang pedesaan lebih rendah dari orang kota?

    1. tonda says:

      tidak, menurut saya yg membedakan adalah dasar keilmuannya, pengayaan dan pengalaman. kadang yang dianggap orang desa dapat lebih bijak krn mereka belajar dari alam.

  2. naila says:

    nice info, thank you.

    1. tonda says:

      thanks any feedback or any topics you would like to know?

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

*